AdvetorialKutimWisata dan Kuliner

Legenda Gunung Tondoyan Kutim Yang Miliki Tinggi 1071 MDPL

Sumber Foto : Ujuk Dhirso

JEJAKKHATULISTIWA.CO.ID, KUTIM-
Dibalik keindahan Gunung Tondoyan ternyata menyimpan kisah legenda yang terus diingat oleh masyarakat khususnya para tetua di kampung atau desa. Gunung ini masuk dalam kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kaltim.

Gunung atau tebing Tondoyan ini memiliki ketinggian 1071 mdpl dengan jarak pemanjatan hingga ke tebing sekitar 771 meter.

Menurut tokoh masyarakat Bengalon Aspan, pada zaman dahulu hiduplah lima orang bersaudara yang tinggal di Sungai Bengalon mereka masing-masing memiliki ilmu sakti mandraguna. Ayus sebagai saudara tertua, kemudian Songo, Setu, Sentang, lalu satu satunya si adik paling bungsu yang merupakan perempuan satu-satunya berparas cantik dan sangat pandai memasak bernama Silu.

Menurut legenda, ke empat kakak Silu itu kerjanya mencari kebutuhan pangan sementara si adik bungsu ini tugasnya memasak dirumah. Hebatnya Silu ini sangat jago memasak. Pada suatu hari Silu meminta agra kakaknya (Ayus) untuk menjagakan masakannya yang didalam kenceng/panci namun dengan syarat jangan sekali-kali untuk membukanya sebelum dirinya kembali dari sungai.

“Jangan dibuka sebelum aku kembali,” kata Aspan seraya menirukan apa yang diucapkan Silu.

Karena tak tahan merasakan kelaparan Ayus pun tak mengindahkan pesan adiknya. Lantas ia pun membuka kenceng yang sedang di tanak oleh adik sulungnya. Namun betapa terkejutnya Ayus melihat didalam kenceng tersebut berisikan seuntai padi yang masih hijau dan sebagian sudah matang menjadi nasi.

Tak berselang lama, Silu pun kembali dan mendapati padi yang ia masak dalam kenceng tidak matang sepenuhnya sisanya masih berbentuk bulir padi yang hijau. Akhirnya Silu menyadari bahwa kakaknya telah melanggar amanahnya untuk tidak membuka kenceng sebelum ia kembali.

“Silu pun merasa kecewa ia merasa kecewa lantaran kesaktiannya telah diketahui saudaranya. Padahal kesaktian itu adalah hal yang tabu tidak boleh diketahui oleh siapapun alias itu adalah rahasianya,” tambahnya.

Silu pun lantas memilih pergi, namun saudaranya yang tidak tinggal diam. Keempat saudaranya menggunakan kesaktiannya masing-masing untuk menghadang kepergian Silu. Berbagai cara dilakukan agar Silu tidak pergi.

Sampai disalah satu sungai yang bernama Sungai Sange, mereka membendung sungai itu dengan bebatuan dan pepohonan yang tinggi namun apa daya Silu tetap lolos dan pergi sehingga terbentuklah keham atau riam-riam di Sungai Sange hingga saat ini.

Kemudian Ayus dan adik-adiknya pun kembali menghadang pelarian Silu dengan membendung muara Sungai Jele yang berada didekat Gunung Gergaji yang dinamakan Ilas Kedangau.

“Setelah itu kakak beradik itu membendung Sungai Bengalon yang berada disekitar Gunung Batu Aji yang dikenal saat ini dengan sebutan Ilas Batu Putih,” jelasnya.

Segala upaya sudah dilakukan namun Silu tetap berhasil melarikan diri hingga sampailah di Sungai Muara Bengalon. Kakak Silu pun mencoba meminta maaf namun Silu tetap berjalan menuju laut meninggalkan keempat saudaranya. Perlahan ia tinggalkan saudaranya hingga tubuhnya hilang kedalam gulungan ombak.

“Ia sempat menoleh kepada kakaknya yang berdiri ditepi pantai, namun Silu pun hilang bersama gemuruh ombak,” pungkasnya.

Namun menurut sebagian riwayat kisah legenda, Silu tidak meninggal dunia, akan tetapi dirinya dijemput penguasa laut di perairan Sangkulirang dan dipersunting oleh raja disana. Silu tidak melupakan saudaranya dipercayai Silu masih selalu hadir untuk melihat keempat saudaranya.

“Silu selalu muncul kepermukaan laut dengan pertanda ada musim buah dan pada musim panen padi,” tutupnya.(ADV/JK)

Editor

Menyajikan berita yang aktual dan terpercaya

Related Articles

Back to top button
error: Content is protected !!