Ardiansyah : Peserta Rakornis Pariwisata Wajib Keliling Dihutan Botani Bukit Pelangi Ada Enggang, Kancil Dan Lainnya
JEJAKKHATULISTIWA.CO.ID, KUTIM-
Usai memberikan wejangan kepada para peserta Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Bidang Pariwisata se-Kalimantan Timur, Bupati Kabupaten Kutai Timur (Kutim) Ardiansyah Sulaiman meminta agar peserta Rakornis berkeliling di hutan Botani Bukit Pelangi.
Bukan tanpa alasan, permintaannya itu semata-mata ingin memperlihatkan bahwa hutan Botani Kutim menyimpan banyak hewan-hewan unik dan langka. Kicauan suara burung dan segarnya udara wajib dirasakan bagi peserta Rakornis.
“Yang tidak kalah penting sehabis Solat Subuh silahkan jalan kaki banyak kicauan burung ada enggang juga, kancil pun ada, kijang ada, babi hutan ada, itulah yang ada di Hutan Bukit Pelangi, silahkan menikmatinya kami Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim berterima kasih atas kesediannya sudah datang kesini,” ucap Ardiansyah.
Bupati yang memiliki vokal yang indah ini juga meminta agar para peserta mengunjungi menara Masjid Al Faruq atau yang lebih dikenal Masjid Agung. Karenanya masjid nan megah ini sudah menjadi ikon Kota Sangatta Kutim.
“Cobalah naik ke menara masjid dari situ akan terlihat landscape Kawasan Bukit Pelangi yang tertata rapi,” pungkasnya.
Dikatakan sebelumnya, Ardiansyah menguraikan kepada para peserta Rakornis, ketika memasuki gerbang Kutim tanpa disadari peserta sudah disambut dengan wisata-wisata alam di Teluk Pandan ada goa, air terjun, pantai, kebun hidroponik. Kemudian ada Taman Nasional Kutai (TNK) yang memiliki pohon ulin terbesar di dunia.
“Lalu ketika masuk ke Kotanya ada pula Prevab Mentoko tempatnya orang utan di habitat aslinya. Dalam waktu satu tahun saja ada sekitar 800 wisatawan mancanegara yang datang untuk melihat dan meneliti hewan primata khas Kalimantan,” urainya.
Lalu, daerah Bengalon dan selanjutnya menyimpan berjuta keindahan pariwisata bahkan yang sudah diakui UNESCO ialah Goa Karts Sangkulirang-Mangkalihat yang menjadi geopark tertua dengan lukisan tapak tangan dan figuratif satwa sejak 40.000 ribu tahun lalu.(ADV/JK)