Diperiksa Ombudsman Kaltim soal Banjir Sangatta, Begini Respons Sobirin
JEJAKKHATULISTIWA.CO.ID, KUTAI TIMUR – Banjir terparah sejak 20 tahun terakhir di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), pada bulan Maret lalu selain menyebabkan banyak kerusakan fasilitas umum, pertanian hingga rumah warga yang turut menjadi korban juga belum adanya kepastian pertanggungjawaban dari pemerintah setempat.
Ketidakpastian tanggung jawab dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim kepada korban banjir Sangatta, dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak korban bencana alam tiga bulan lalu, yang meliputi hak atas pangan, kesehatan, pendidikan serta rehabilitasi maupun rekonstruksi setelah banjir.
Karena hal itu, Agus Kurniady, salah seorang warga Kecamatan Sangatta Utara melaporkan Pemkab Kutim ke Ombudsman Perwakilan Kaltim pada pertengahan bulan Mei lalu bersama satu orang warga lainnya. Hingga kini prosesnya telah memasuki tahap pemeriksaan para pelapor, dan terlapor.
Ia menilai Bupati Kutim belum benar-benar menjalankan standar pelayanan minimum kebencanaan, baik pada saat prabencana untuk melakukan kesiapsiagaan, ketika terjadi bencana dalam mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan dan pascabencana untuk mengupayakan pemulihan pada kondisi masyarakat serta lingkungan hidup.
“Sudah hak-hak kami saat bencana tidak terpenuhi sepenuhnya, sampai detik ini kami juga sebagai korban banjir Sangatta tidak mendapatkan pemulihan dalam bentuk apapun dari Pemkab Kutim,” kata Agus, salah satu pelapor, pada Selasa (5/7), siang, di kediamannya.
Ditanya mengenai pelaporan warga ke lembaga pengawas pelayanan publik tersebut, Anggota DPRD Kutim Komisi C, Sobirin Bagus, mengatakan belum mengetahui aduan itu secara jelas.
“Tapi yang pasti banjir juga terjadi di hampir seluruh wilayah Kalimantan. Jadi menurut saya kurang bijak manakala menyalahkan salah satunya mungkin kalau dibilang lalai tidak, tapi agak terlambat iya,” katanya.
Lebih lanjut, dipastikan politisi dari fraksi PKB itu bahwa bencana alam pada bulan Maret yang lalu merupakan banjir terparah, dan tidak ada yang dapat memprediksinya. Bahkan seingatnya musibah itu terbilang paling besar, sejak ia mendiami Sangatta pada akhir tahun 1995.
Kemudian setelah bencana itu terjadi, ia bakal bekerja sama dengan instansi terkait dalam menyusun langkah-langkah antisipasi agar banjir tidak terulang, dan menyebabkan warga mengungsi.
“Ini kan sumber masalahnya masih digali, karena antara satu dengan pihak yang lain pun sumber masalahnya masih berbeda. Kita cari sebab-sebabnya mengapa terjadi banjir, baru nanti kita akan koordinasi bagaimana banjir serupa tidak terulang kembali,” pungkasnya. (ADV/JUN)