Jalan STAIS Berlumpur, Ketua STAIS: Kami Tidak Nyaman
JEJAKKHATULISTIWA, Kutai Timur – Sekolah Tinggi Agama Islam Sangatta (STAIS) menghadapi tantangan serius, akibat kondisi jalan masuk kampus yang terbilang kurang layak karena genangan air yang mengenangi sejumlah area. Akibat persoalan itu mayoritas mahasiswa STAIS mengeluhkannya.
Jalan masuk STAIS, yang sebelumnya telah mengalami kerusakan, kini semakin memburuk akibat dilalui kendaraan terus menerus tanpa adanya perbaikan. Beberapa bagian jalan berlubang sehingga genangan air dan berlumpur di jalanan STAIS tak terhindarkan.
Menanggapi hal itu, Ketua STAIS, Satria, mengungkapkan, “Jalan ini merupakan bukan tuntutan baru, sudah sangat lama sekali dari lembaga sendiri sudah Ibu mengusulkan pengusulannya lewat yayasan tidak bisa kami langsung jalan ke pemerintah,” ungkapnya belum lama ini.
Satria pun sudah mengupayakan penanganan masalah tersebut seperti memberikan usulan ke sejumlah pihak. Namun ia mengaku tak mau melangkahi yayasan, sehingga enggan menerima berbagai tawaran pembangunan karena dianggap bukan urusan lembaga. Baik itu timbunan atau proyek infrastruktur lainnya
“Kalau kami di sarankan oleh yayasan sila urus saja Tridharma Perguruan Tinggi kemudian sudah jalan, tetapi justru kami tidak merasa nyaman melakukan kegiatan di lingkungan seperti ini. Sangat-sangat terganggu, mudah-mudahan hari Sabtu yayasan sudah merespons surat untuk bersedia duduk bersama untuk sama-sama kita diskusikan,” terangnya.
Ia juga telah menyurati pihak yayasan STAIS agar senantiasa dapat menindak lanjuti surat tersebut. Di mana isi suratnya menguraikan sejumlah hal untuk pengembangan STAIS kedepannya. Meski begitu pihaknya pun sudah menempuh langkah-langkah darurat untuk mengatasi kondisi jalan yang sudah lama tak diperbaiki.
Terpisah, akademikus STAIS, Mahfud, menuturkan perihal genangan air pada sejumlah area di kampus akhir-akhir ini mengalami genangan yang terbilang tinggi. Lantaran kondisi tersebut dapat membatasi kelancaran perjalanan, lebih jauh pengguna jalan STAIS bakal kesulitan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
“Keresahan pribadi sangat terganggu baru masuk pertama pemandangan sudah seperti sawah, di lihat dari kacamata pribadi saya seperti itu menganggu,” terang Mahfud.
Sebagai informasi, upaya perbaikan irigasi depan kampus yang penuh belukar juga penting menjadi perhatian multi pihak. Agar mengatasi masalah banjir seperti tahun-tahun sebelumnya. Kemudian permukaan jalan pun tidak rata bahkan di sejumlah ruas berlubang sehingga menyebabkan air menutupi lubang, akibatnya mahasiswa, dosen maupun staf STAIS tak jarang jatuh karena kondisi itu. (Syk)