Kasus Meningkat, LPAI Kutim Siap Dampingi Para Korban Kekerasan Anak

JEJAKKHATULISTIWA.CO.ID, Kutai Timur – Kasus kekerasan terhadap anak dibawah umur marak sekali terjadi belakangan ini, sekiranya sudah ada belasan kasus. lembaga perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kutai Timur (Kutim) hadir memberikan pendampingan kepada para korban.
Hal ini disampaikan Ketua LPAI kutim Asti Mazar saat memberikan sambutan pada pelantikan LPAI di Ruang Meranti, Kantor Bupati, Kawasan Bukit Pelangi, Sangatta Utara. Senin, (27/02/23).
“Yang saya tahu seminggu yang lalu ada 13 kasus apakah bertambah lagi itu juga saya belum mengetahui pasti, 13 kasus itu termasuk kekerasan seksual pada yang terjadi di Kecamatan Sangatta Utara. Nah ini yang kita lakukan yakni pendampingan pada korban,” ucap perempuan yang akrab disapa Bunda Asti.
Dalam pendampingan pihaknya turut menawarkan bantuan untuk memberikan penyembuhan trauma yang disebutkan ada dua macam yakni individual dan klasikal. Klasikal dibuat bergerak, gerak-gerakan suatu upaya yang membangkitkan semangat kembali kemudian secara individual akan melakukan beberapa tes, wawancara, diskusi, dan sebagainya.
“Penyebab trauma mulai dari akibat kekerasan hingga bencana alam memiliki dasar yang sama yakni guncangan psikologis. Korban yang melihat langsung sebuah bencana atau kejadian biasanya dikatakan sulit tidur hingga mengigau. Hal inilah yang membuat korban butuh penanganan psikologis ataupun terapi,” ungkapnya.
Menurutnya, seharusnya orang tua benteng pertahanan pertama dalam perlindungan anak tetapi justru sebaliknya. Pelaku utamanya malah orang terdekatnya parahnya lagi ada pelaku dalam satu keluarga. Ia mengaku ini yang membuat LPAI memiliki tugas dan tanggung jawabnya agak sedikit berat karena hal seperti itu.
“Seharusnya orang tua benteng pertahanan pertama untuk perlindungan anak malah justru pelaku utamanya. Ada juga yang tetangganya sudah dianggap saudara bahkan itu yang menjadi pelakunya,” tuturnya.
Inilah tujuan LPAI hadir untuk melakukan tugas yang kedepannya harus mensosialisasikan secara berkala dan juga mungkin pembinaan pada keluarga, pembinaan pada sekolah, pendampingan, dan sebagainya.
“Nah ini terus kita jalankan kedepan.
Pada kasus kekerasan terhadap anak bukan hanya kekerasan seksual tetapi banyak. Semacam, human trafficking atau penjualan perdagangan anak, hak asuh anak, bullying di sekolah, di masyarakat itu juga jadi perhatian khusus LPAI Kutim,” pungkasnya.
Senada, Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang saat menghadiri pelantikan LPAI menyampaikan dengan adanya organisasi ini yang mengurusi tentang anak-anak dan ada undang-undang yang mengatur didalamnya pada 43 pasal semuanya bagaimana tentang hak anak-anak itu terpenuhi.
“Saya minta itu yang dilampu merah terutama yang anak-anak tidak boleh ada lagi. Tadi saya bilang ke Dinas Pendidikan dan mungkin juga ke Dinas Satpol-PP yang akan mendampingi. Nantinya anak itu kita panggil, mereka kita amankan, jika memungkinkan kita bantu sekolah. Karena informasi yang kita terima itu bukan warga kita karena kalau kita memberikan dia uang sama saja kita merestui dia menjadi pengemis jalanan apalagi dia masih produktif yang harus kita sekolahkan,” sampainya.
Ia pun berharap, dengan terbentuknya organisasi LPAI Kutim bisa menyediakan satu rumah, semacam rumah singgah yang tidak diketahui oleh orang lain. Dengan adanya rumah tersebut menjadi salah satu wadah upaya pembinaan dan pendampingan terhadap anak-anak yang mengalami kasus-kasus diatas.
Hal yang ditakutkan ialah dimana korban masih bertemu atau bertatap muka dengan pelaku. Lantas bagaimana menghilangkan rasa traumanya, takutnya, dan malunya. Yang ada bisa timbul rasa putus asa, bahkan yang lebih mengerikan seperti kasus sodomi pada anak laki-laki dimana korban dan orang tua merasa malu, namun hal itu bisa menimbulkan korban bisa menjadi pelaku selanjutnya.
“Contoh kekerasan seksual anak, korban pasti malu, trauma dan segala macam pun demikian orang tua korban tapi biar saja merkea berada di rumah singgah itu karena disitu akan diberikan motivasi, traumatik di hilangkan biar dia tidak stres. Makanya harus ada rumah itu karena yang begitu dia harus keluar dulu dari masalah,” lanjutnya. (Fsl)