BudayaKutimNasionalTerkini

Hina Pribumi Borneo, LBAKT Pinta Polres Kutim Teruskan Laporan

JEJAKKHATULISTIWA.CO.ID, KUTIM- Akibat mulut badan binasa, pribahasa inilah yang cocok disematkan pada Edy Mulyadi akibat kata-kata yang tak pantas keluar dari mulutnya itu seluruh masyarakat Kalimantan khususnya Kalimantan Timur merasa tersakiti. Tak terkecuali Lembaga Adat Besar Kutai, Kutai Timur melayangkan laporan dan pernyataan sikap kepada Polres Kutim agar dapat meneruskan laporan kepada Kepolisian Republik Indonesia.

Pernyataan ini dikeluarkan setelah dua hari melakukan koordinasi secara virtual bersama Kepala Adat Kutai Kecamatan Se-Kutai Timur.
Laporan dan pernyataan sikap itu resmi dikeluarkan Selasa (25/1/2022). Dengan nomor registrasi 466/ABKKT/2022, dalam laporan itu berisikan sebagai berikut :

1. Bahwa kami mengutuk keras tindakan dan pernyataan rasis dari saudara Edy Mulyadi yang kami nilai telah menghina dan memprovokasi kemarahan masyarakat Kalimantan.
2. Bahwa kami melaporkan saudara Edy Mulyadi dan mendorong Polres Kutim untuk meneruskan laporan kami kepada Kepolisian Republik Indonesia di Jakarta agar yang bersangkutan ditangkap dan diproses secara hukum berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Bahwa kami menyatakan mendukung sepenuhnya dan mengawal proses pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Kalimantan Timur.

“Saya dan Suryan Fradesa sebagai perwakilan Adat Besar Kutai Kabupaten Kutai Timur dan Lembaga Adat Kutai Kecamatan Se-Kutai Timur menyerahkan surat pernyataan sikap dan tuntutan serta dukungan moril kepada pihak Kepolisian yang diterima langsung oleh Kasat Reskrim Kutim agar melaksanakan proses hukum positif terhadap Edy Mulyadi atas tindakannya yang dinilai menghina dan menciderai hati masyarakat Kalimantan,” tegas Reff Effendi Lubis.

Dikatakan Lubis, tindak penghinaan, provokatif, dan rasis tidak dapat ditolerir hanya dengan ungkapan maaf saja. Menurutnya pernyataan Edy Mulyadi yang menyebutkan penduduk Kalimantan hanya ada monyet dan sebagai wadah tempat jin buang anak sangatlah menyinggung perasaan warga pribumi.

“Meskipun itu mungkin hanya candaan baginya tapi itu kan tidak elok, Kalimantan Timur ini ada banyak suku dan budaya segala ragam ada disini lalu apakah pantas diberi bahasa demikian,” pungkasnya.

Selain itu, “Mungkin Bapak Edy Mulyadi belum pernah ke Kaltim, jika dia lihat Mobil Pajero dan Fortuner kalau di Kalimantan hanya digunakan untuk langsir kelapa sawit, bukan sombong tapi Bumi Kalimantan ini kaya dan sangat menghormati suku dan budaya yang beragam,” tutupnya. (JK)

Editor

Menyajikan berita yang aktual dan terpercaya

Related Articles

Back to top button
error: Content is protected !!